Makalah Perbandingan Pendidikan di Negara Jerman
A.
Peta
Negara Jerman
Jerman terletak di Benua Eropa bagian Barat, dengan batas wilayah :
Sebelah utara :
Negara Denmark.
Sebelah timur laut :Negara
Swedia dipisahkan oleh Laut Baltik.
Sebelah timur
:Negara Polandia dan Ceko.
Sebelah tenggara :Negara
Austria.
Sebelah selatan :Negara
Swiss.
Sebelah barat daya
:Negara Perancis.
Sebelah barat :Negara
Belgia.
Sebelah barat laut
:Negara Belanda dan Laut Utara.
B.
Potret
Sistem Pemerintahan di Jerman
Kehidupan bangsa Jerman dimulai dari kondisi kehidupan yang
premitif, kemudian berkembang menjadi bentuk negara-negara kecil dibawah
pengaruh kerajaan Romawi sampai tahun 1806. Setelah itu Jerman berada dalam
kekuasaan Napoleon sampai awal abad 19 dan berlanjut menjadi negara Prusia
yaitu tahun 1814-1871. Perkembangan berikutnya adalah negara kekaisaran Jerman
tahun 1871-1918, Republik Weimer 1919-1933, Era Nazi 1933-1945.[1]
Menjelang
berakhirnya Perang Dunia II pada tahun 1945 Jerman terbagi menjadi Jerman Barat
dan Jerman Timur. Terjadi tarik menarik antara Jerman Timur dan jerman barat.
Namun hubungan antara dua negara bagian
Jerman ini berhenti pada tahun 1990 dengan di jebolnya tembok Berlin
beramai-ramai dirobohkan oleh Jerman Barat dan Jerman Timur yang merindukan persatuan.
Sejak itu Berlin dijadikan sebagai Ibu Kota Jerman.[2]
Setelah negara Jerman bersatu sistem pemerintahan berubah menjadi
demokrasi parlementer berbentuk negara federasi. Organ konstitusi yang sangat
dikenal masyarakat adalah Parlemen Federal, Bundestag. Anggotanya dipilih
langsung setiap empat tahun oleh warga yang berhak pilih.[3]
C.
Kondisi
Demografi dan Potensi Income Negara
1.
Kondisi
Demografi
Wilayah Jerman membentang dari Alpen di sebelah selatan ke garis
pantai sebelah utara yang berbatasan dengan Laut Utara dan Laut Baltik. Luas
wilayah jerman adalah 357.021 km2. Wilayah tutorial negara ini juga
mencakup pulau-pulau yang terdapat disekitar garis pantainya di Laut Utara dan
Laut Beltik. Negara ini memiliki garis perbatasan sepanjang 3. 621 km dengan 9
negara. Popululasi negara Jerman adalah sekitar 82.220.000 jiwa. Ibu kota
Jerman terletak di Berlin. [4]
Perkembangan demografinya dari angka kelahiran yang rendah,
meningkatnya usia harapan hidup, dan masyarakat yang semakin tua. Angka
kelahiran tertinggi yang pernah diraih Jerman tercatat tahun 1964 dengan 1,357
juta kelahiran; setelah itu Jerman terus mengalami penurunan angka kelahiran
(2014 tercatat 715.000 kelahiran).[5]
2.
Potensi
Income Negara
Jerman adalah negara dengan kekuatan ekonomi terbesar ketiga
didunia. Menempati bagian tengah daratan Eropa, Jerman berperan penting dalam
Uni Eropa. Kemakmuran dan kekuatan Jerman berpangkal pada pembangunan sektor
industri. Sebagian besar industri manufaktur dan pengolahan terletak pada Ruhr
yang ada di bagia barat negara Jerman. Kemajuan industri memungkinkan Jerman
menjadi negara eksportir terbesar kedua di dunia. Industri manufaktur menyerap
seperempat angkatan kerja Jerman. Diantaranya mereka berkerja di Pabrik-pabrik
barang elektronik rumah tangga dan pabrik pembuatan mesin-mesin berat untuk
industri. Jerman merupakan produsen kendaraan terbesar ketiga di dunia.[6]
D.
Filsafat
Pendidikan dan Orientasi Pendidikan
Sejarah kehidupan agama, sosial, dan politik bangsa Jerman yang
dinamik sangat mempengaruhi penyelenggaraan pendidikan di Jerman. Pendidikan di
Jerman diawali dengan pendidikan yang berorientasi pada agama. Jenis pendidikan
yang dimaksud di kendalikan oleh gereja Katolik Roma yang bertanggung jawab
sebelum abad 15 M. Kemudian muncul gerakan reformasi yang dimonitori oleh
Martin Luther pada abad 16 M yang merubah tatanan penyelenggaraan pendidikan
menjadi lebih dipengaruhi oleh humanisme dan filsafat liberal.
Negara-negara protestan mengambil alih tanah dan segenap sumberdaya
milik gereja Katholik Roma, termasuk sekolah-sekolah. Semua sekolah di rubah
tujuannya menjadi kearah protestan. Pada tahun 1787 pemerintah mulai khawatir
karena gereja tidak lagi giat dalam urusan pendidikan kemudian pemerintah
mendirikan badan khusus dalam pemerintah sipil untuk mengurusi pendidikan yaitu
komisi tinggi untuk sekolah. Kemudian dengan naik tahtanya Fredreck William II
menjadi kaisar, pengawasan sekolah dikendalikan lagi oleh gereja. Namun pada
akhir abad ke-17 terdapat pengumuman resmi mengenai wajib belajar, ini bertanda
bahwa masalah pendidikan adalah tanggung jawab negara. Dengan sejarah Jerman yang panjang ini, Jerman
tergugah untuk membangun sistem pendidikan menjadi salah satu yang terbaik di
dunia.[7]
E.
Kebijakan
di Bidang Pendidikan Agama
Penyelenggaraan pendidikan di Jerman diawali dengan jenis
pendidikan yang berorientasi agama. Maka dari itu Jerman memberikan perhatian
kepada agama dengan menyediakan pendidikan agama pada setiap lembaga pendidikan
dan mewajibkan kepada siswanya untuk mengikuti pembelajaran agama.[8]
Populasi muslim di Jerman tercatat sejumlah 3,2 juta jiwa pada
tahun 2001, sekitar 75 % muslim Jerman berasal dari keturunan Turki, sisanya
dari belahan islam lainnya. Muslim di jerman menganut Mazhab Sunni aliran Imam
Abu Hanafiah.
Pada awal tahun 1960-an sekelompok muslin Jerman membentuk
perkumpulan lokal dan terdaftar di bawah hukum Jerman. Pertemuan warga Jerman
di Hamburg, Munich, Cologne, dan Anchen ini untuk mengatur fasilitas bagi
keperluan ibadah sehari-hari. Selama tahun 1970 kelompok ini memanfaatkan
keanggotaannya dalam organisasi sosial seperti parpol, persekutuan dan
sejenisnya untuk membahas perkembangan situasi yang dihadapi komunitas muslim
di Jerman. Pembahasan ini di awali dengan penyampaian Menteri Pendidikan
tentang pertanyaan seputar pendidikan agama yang sesuai dengan konstitusi
negara dan federasi.
Pada tahun 1980 muncul dua organisasi muslim di Jerman. Pertama,
didirikan pada tahun 1986, yang disebut Dewan Islam bagi Republik Federal
Jerman ( The Islamic Council for the Federal Republic og Germany); sedangkan
yang kedua didirikan setahun kemudian berupa Pusat Dewan Muslim Jerman (The
Central Council of Muslim in Germany).
Dua organisasi ini memiliki komitmen yang menghasilkan munculnya yayasan
tentang komite pendidikan agama yang terbentuk pada tahun 2000. Sebelumnya pada
tahun 1998, pengadilan Berlin memutuskan memasukkan sejumlah federasi islam
lokal kedalam sistem sekolah. Dari 71 masjid, 53 masjid termasuk yang beraliran
Syi’ah dan muslim Kurdi Mazhab Syafi’i menyatakan pengakuannya bahwa mereka
telah terwaliki oleh federasi tersebut.[9]
F.
Kebijakan
di Bidang Manajemen Pendidikan Formal
Konstitusi Federal menetapkan kewengangan Lender atas
pendidikan. Beberapa Lander (penguasa daerah) membuat berbagai ketentuan
konstitusi mereka masing-masing mengenai pengaturan masalah-masalah pendidikan,
dan seluruhnya melalui proses legislative. Pengaturan ini meliputi penetapan
tujuan pendidikan, struktur, isi pengajaran, dan prosedur dalam system daerah
mereka masing-masing. Adapun yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
pendidikan di dalam Negara bagian adalah kementrian kabinet atau Kementrian
Kebudayaan (Kultusministerium).[10]
Namun pada akhir abad ke-17 terdapat pengumuman resmi mengenai wajib belajar,
ini bertanda bahwa masalah pendidikan adalah tanggung jawab negara.[11]
Pendidikan
Prasekolah
Pendidikan prasekolah dijerman
dimulai dari taman kanak-kanak (Kindergarten Education) atau Vorschulklassen
yang sifatnya sukarela. Kindergarten Education disediakan untuk
anak-anak yang berumur antara 4 sampai 6 tahun. Pendidikan ini disiapkan untuk
masuk Sekolah Dasar (Grundschule).
Pendidikan
Dasar
Pendidikan Dasar (Grundschule) diikuti anak-anak berumur 6
atau 7 sampai 11 atau 12 tahun. Anak-anak usia ini wajib bersekolah dengan
status sebagai anak kewarganegaraan Jerman, atau kewarganegaraan asing tetapi
bertempat tinggal di Jerman, ataupun anak yang tidak memiliki kewarganegaraan
tetapi bertempat di Jerman. Secara umum Pendidikan Dasar berlangsung selama 4
tahun, sedangkan di Berlin dan Brandenburg berlangsung selama 6 tahun.[12]
Pendidikan
Menengah
Murid dapat masuk salah satu dari tiga jenis sekolah yaitu sekolah
utama (Hauptschulen), sekolah internediate (Realschule) dan
sekolah menengah klasik (Gymnasium).[13]
a.
Hauptschule (kelas 5 – 9/10) adalah sekolah lanjutan yang
paling sedikit pelajaran akademiknya yang mirip dengan sekolah dasar yang
diakhiri tanpa melalui ujian yang disebut Mittlere Reife. Program ini
memberikan pelajaran khusus untuk mempersiapkan siswa menghadapi kariernya di
masa mendatang, dan juga mengajarkan bahasa asing (biasanya bahasa Inggris).
b.
Realschule (kelas 5 – 10) adalah sekolah lanjutan sampai
kelas 10 yang di akhiri dengan ujian yang disebut Mittlere Reife.
merupakan program sekolah yang mempersiapkan siswa untuk memasuki karier
sebagai pegawai atau buruh kelas menengah.
c.
Gesamtschule (kelas 5 – 13)
adalah sekolah lanjutan yang bersifat komprehensif.
d.
Gymnasium (kelas 5 – 13) adalah sekolah lanjutan yang
mengajarkan akademik dan tata bahasa yang bertujuan untuk mempersiapkan siswa
ke pendidikan tinggi.[14]
4 Pendidikan
Tinggi
Pendidikan tinggi merupakan tahap tertinggi pendidikan di Jerman.
Pada tingkat pendidikan tinggi terdapat dua jenis lembaga. Pertama, akademi
atau politeknik, Fachhochschulen yang mendidik mahasiswa dalam bentuk
aplikasi praktis ilmu pengetahuan (misalnya, desain, konstruksi, dan
engeenering, atau dalam administrasi pemerintahan dalam bidang hukum, ekonomi
dan sosial). Kedua, Universitas yang di desaign untuk mengintegrasikan
pengajaran dengan penelitian.[15]
5. Pendidikan
Kejuruan
Setelah menyelesaikan pendidikan lanjutan untuk semua jenis
sekolah, maka mereka dapat memulai karir profesionalnya dengan masuk ke sekolah
kejuruan yang bernama Berufsschule (vocational school). Sekolah kejuruan
umumnya mewajibkan siswanya untuk hadir magang. Sedangkan hari lainnya
diperbolehkan untuk bekerja. Hal ini dilakukan untuk mendorong siswa menguasai
pengetahuan teori dan praktek.
6.
Pendidikan
Khusus
Pendidikan ini diberikan kepada anak-anak yang mempunyai kebutuhan
khusus. Sonderschule fur Lembehinderte yaitu anak-anak yang mengalami
kesulitan belajar, Schule mit dem forderschderschwepunkt Geistige
Entwicklung yaitu untuk anak-anak yang mengalami tuna fisik, dan forderschule
Schwerpunkt emotionale soziale d Entwicklung yaitu untuk anak-anak yang
tuna mental.[16]
7.
Pendidikan
Orang Dewasa dan Pendidikan Nonformal
Pendidikan bagi ornag dewasa di Jerman dikelompokkan menjadi tiga
kategori: umum, vokasional (termasuk teknik dan keuangan) dan politik. Untuk
mendorong pendidikan orang dewasa memberi bantuan keuangan serta tambahan hari
libur (bagi yang bekerja) asalkan mereka mau mengikuti pelajaran vokasional.
Kebijakan ini karena keadaan perubahan ekonomi, sosial dan politik yang sangat
cepat. Sehingga orang-orang harus memperbarui dan meningkatkan kualifikasinya
sesuai dengan tuntutan zaman dan perkembangan masyarakat.[17]
G.
Dinamaika
Dalam Pengembangan Kurikulum
Para Menteri Pendidikan mendirikan kurikulum (lehr palne), tetapi
seringkali hanya sebatas pada kerangka kerja semata. Para menteri-menteri
menerbitkan dafatr buku teks yang sesuai dan sekolah dapat memilih judul buku
yang mereka kehendaki. Masing-masing komunitas (Gemeinde) mempunyai
panitia sekolah (Schulausschuss) yang mengurusi pengangkatan para guru
dan kepala sekolah. Panitia bertanggung jawab bagi upaya perawatan gedung dan
peralatan sekolah.[18]
Secara umum sekolah di Jerman melaksanakan pendidikan selama 5 hari
perminggu yaitu dari hari senin sampai jum’at, sedangkan hari sabtu dan minggu
adalah waktu mereka belajar di rumah bersama orang tua dan teman sebaya. Khusus
sekolah-sekolah lanjutan mengajarkan banyak mata pelajaran. Mata pelajaran yang
di ajarkan di sekolah lanjutan adalah mata pelajara budaya (etika, seni musik,
bahasa nasional dan bahasa asing), ilmu alam (astronomi, kimia, fisika, dan
biologi), ilmu sosial (sejarah, ekonomi, geografi), matematika, pendidikan
jasmani dan juga agama.[19]
Pendidikan negara bagian menentukan kurikulum mereka sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan mereka melakukan itu melalui
tiga jenis instrumen, yaitu:
1)
Tabel yang menguraikan jumlah jam belajar per minggu, serta mata pelajaran
sesuai dengan “grade” dan jenis sekolah
2)
Pedoman kurikulum
3)
Pemberian wewenang penulisan dan pengadaan buku teks (H. Mohle, 1992: 82). [20]
Secara umum kurikulum pendidikan Jerman dapat diformulasikan
sebagai berikut:
1) Tujuan umum kurikulum ditentukan oleh peraturan
sekolah/sering dinyatakan pada mukadimah suatu keputusan, sedangkan tujuan
khusus diterbitkan dalam kaitannya dengan pedoman kurikulum.
2) Silabus, rekomendasi metode mengajar dan
model rencana pelajaran diputuskan oleh kementrian negara.
3)
Mengenai buku teks, tidak ada yang dapat dipakai tanpa ada persetujuan dari
Kementerian negara bagian dan guru boleh menggunakannya sejauh terdapat dalam
daftar rekomendasi buku yang sah.
4)
Metode mengajar, bukan “teacher centered” tetapi “student centered” yang
sifatnya “open instruction” (murid belajar atas dorongan sendiri)[21]
H.
Pengembangan
Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Semua guru sekolah dasar
berbahasa daerah diwajibkan memiliki ijazah dan diperkenalkan sebuah ujian
kualifikasi negara untuk mengevaluasi kecakapan akademik dan kecapakan
pedagogis. Untuk menjamin pasokan guru, jumlah seminari ditingkatkan secara
tetap sampai mencapai empat puluh seminari pada tahun 1840. Harapannya guru
tidak hanya bertindak sebagai pengawas bagi anak tetapi juga sebagai pengaruh
penatar (up-grading influences) dalam komunitas.[22]
Hanya guru-guru Gymnasium
dan sebagian guru-guru specialis untuk bidang keuangan yang dididik di
tingkat Universitas (S1), dengan tekanan utama bidang keahlian daripada bidang
keguruan. Namun, sejak tahun 1960, telah mulai dicanangkan persyaratan
kualifikasi yang sama untuk semua guru, minimal telah di duduk di Universitas.
Staf pengajar untuk jenis sekolah lain, termasuk berbagai bentuk sekolah vokasional
dan teknik memperoleh pendidikan di perguruan tinggi dan menuntut persyaratan
masuk yang lebih rendah.[23]
I.
Pembiayaan
Pendidikan
Diseluruh sekolah negeri, sekolah di selenggarakan secara gratis
dengan menyediakan pendidikan umum dan kejuruan. Sekolah swasta bisa menerima
bantuan dari Land jika upaya yang dilakukan memenuhi minat masyarakat
dan jika mereka berubah menjadi sekolah negeri. Sebagai aturannya, gaji guru
dibayar oleh Lender. Biaya konstruksi sekolah dan transportasi pelajar
disubsidi oleh Lender.[24]
Pengeluaran pemerintah untuk pendidikan mencapai 3,7% (Jerman
Barat) dan GNP dalam tahun 1990 dan ditambah 1,7% untuk penelitian, investasi swasta untuk
penelitian dan pembangunan berjumlah 3,9%. Sehingga total pengeluaran tahun
1990 mencapai 9,3% dari GNP. Pada tahun 1989 biaya pendidikan persiswa untuk
sekolah-sekolah adalah DM 6,2000 (US$3,650) dan DM 17,100 (US$10,060)
permahasiswa pada pendidikan tinggi.[25]
DAFTAR PUSTAKA
Assegaf, Abd.
Rachman. 2003. Internasionalisasi
Pendidikan. Yogyakarta: Gama Media.
Burton,
Paula. 2009. Ensiklopedia Geografi
Dunia Untuk Pelajar dan Umum 2: Karibia dan Amerika Selatan-Eropa.
Jakarta: PT. Lentera Abadi.
Matthias Bischoff, Dr. Eric Chauvistré, Constanze Kleis dan Joachim
Wille. 2015. Fakta Mengenai Jerma, alih bahasa Elisabeth
Soeprapto-Hastrich. Jerman: Frankfurter Societäts-Medien GmbH.
Nur, Agustiar
Syah. 2001. Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara. Bandung: Lubuk Agung.
Rohman, Arif. Yogyakarta. 2010. Pendidikan Komparatif. Yogyakarta:
Laksbang Grafika.
Thut, I.N. dan Don Adams. 2005. Pola-pola Pendidikan
dalam Masyarakat Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka pelajar.
[1] Arif Rohman, Pendidikan Komparatif,
(Yogyakarta: Laksbang Grafika, 2010), hlm. 124-125
[2] Abd. Rachman
Assegaf, Internasionalisasi Pendidikan,
(Yogyakarta: Gama Media, 2003), hlm. 192
[3]
Matthias Bischoff, Dr. Eric Chauvistré, Constanze Kleis dan Joachim Wille, Fakta
Mengenai Jerma, alih bahasa Elisabeth Soeprapto-Hastrich, (Jerman:
Frankfurter Societäts-Medien GmbH, 2015), hlm. 26-27
[4]Paula Burton,
Ensiklopedia Geografi Dunia Untuk Pelajar dan Umum 2: Karibia dan
Amerika Selatan-Eropa, (Jakarta: PT.
Lentera Abadi, 2009), hlm.170
[6] Paula Burton,
Op. Cit., hlm. 171
[9] Abd. Achmad
Assegaf, Op. Cit., hlm. 209-210
[12] Arif Rohman, Op.Cit.,
hlm. 139
[13] Abd. Rachman
Assegaf, Op. Cit., hlm. 195
[14] Arif Rohman, Op.Cit.,
hlm. 141
[16] Arif Rohman , Op.Cit.,
hlm.142
[18] Abd. Achmad
Assegaf, Op. Cit., hlm.193-194
[19] Ibid., hlm.
144
Post a Comment